
Pengembang energi terbarukan milik pemerintah Uni Emirat Arab (UEA), Masdar, menandatangani dua perjanjian kerja sama dengan perusahaan listrik negara Indonesia, PT PLN, untuk memperluas kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Pulau Jawa.
Perjanjian tersebut mencakup nota kesepahaman (MoU) untuk mengembangkan proyek PLTS terapung di Waduk Jatigede, Jawa Barat. MoU ini menyusul keberhasilan Masdar dalam memenangkan tarif terendah dalam program lelang Hijaunesia 2023 yang diadakan oleh PT PLN. Program tersebut bertujuan menjaring mitra investasi untuk proyek-proyek PLTS baik terapung maupun yang dipasang di darat.
Masdar menyatakan bahwa pengembangan PLTS di Waduk Jatigede dijadwalkan dimulai pada tahun ini, dengan target operasi pertama pada 2027.
Selain itu, Masdar dan PLN juga menandatangani perjanjian prinsip kerja sama untuk kemungkinan perluasan proyek PLTS terapung Cirata berkapasitas 145MW yang saat ini sudah beroperasi di Jawa Barat.
Kedua perusahaan sebelumnya telah membahas rencana untuk melipatgandakan kapasitas proyek Cirata pada September 2023, menyusul perubahan regulasi Indonesia mengenai proporsi permukaan air yang dapat digunakan untuk proyek energi terbarukan. Masdar menjelaskan bahwa perjanjian baru ini didasarkan pada keberhasilan studi kelayakan atas rencana ekspansi tersebut.
Penandatanganan kedua perjanjian berlangsung selama kunjungan Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, ke UEA. Masdar menyebutkan bahwa kerja sama ini memperkuat hubungan antara UEA dan Indonesia serta berkontribusi terhadap target Indonesia untuk mencapai emisi nol bersih (net-zero) pada tahun 2050.
Pada November lalu, Prabowo meningkatkan target pengembangan energi terbarukan Indonesia menjadi 75GW pada tahun 2040, seiring dengan rencana transisi dari pembangkit berbasis bahan bakar fosil.
Berdasarkan laporan dari lembaga pemikir energi Ember Climate, tenaga surya diperkirakan akan memainkan peran utama dalam ekspansi ini. Laporan tersebut menyebutkan bahwa PLTS merupakan teknologi paling layak untuk mewujudkan transformasi bauran energi Indonesia.
Secara lebih luas, kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, diproyeksikan menjadi pasar utama untuk teknologi PLTS terapung. Teknologi ini menunjukkan pertumbuhan pesat di kawasan, dan menurut laporan dari Rystad Energy, sebanyak 300MW PLTS terapung diperkirakan akan ditambahkan dalam beberapa bulan pertama tahun 2024.
Sementara itu, Wood Mackenzie memperkirakan bahwa Indonesia, Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Laos akan masing-masing menginstal lebih dari 1GW PLTS terapung pada tahun 2031. Dalam laporannya, Indonesia diproyeksikan mencapai lebih dari 8GW kapasitas PLTS terapung pada tahun tersebut, sementara Thailand dan Vietnam akan melampaui 3GW. Pertumbuhan ini didorong oleh kebutuhan praktis, mengingat terbatasnya lahan pengembangan di daratan dibandingkan dengan luasnya badan air yang tersedia di kawasan tersebut.