
Dunia perfilman horor global terus menunjukkan dinamikanya yang menarik. Dari kesuksesan film-film Asia Tenggara yang menembus pasar internasional hingga kemunculan semesta sinematik baru yang mendobrak dongeng masa kecil, genre ini tak henti-hentinya berinovasi. Kabar terbaru datang dari dua kutub industri yang berbeda, namun sama-sama menarik perhatian para penggemar. Di satu sisi, sinema horor Indonesia berhasil mencatatkan prestasi gemilang di kancah global, sementara di sisi lain, seorang ikon horor legendaris kembali dengan peran yang sama sekali baru dan mengerikan.
Film Horor Indonesia ‘Pabrik Gula’ dan ‘Perewangan’ Tembus Pasar Internasional
Platform streaming khusus horor, Shudder, secara resmi telah mengakuisisi hak distribusi dua film horor terbaru dari Indonesia, yaitu “Pabrik Gula” dan “Perewangan”. Akuisisi yang dimediasi oleh EST N8 ini memberikan hak siar eksklusif untuk wilayah Amerika Utara, Inggris, Irlandia, Australia, dan Selandia Baru.
Langkah ini menandai kembalinya sutradara Awi Suryadi ke panggung internasional setelah kesuksesan fenomenal “KKN di Desa Penari”, yang hingga kini memegang rekor sebagai film horor Indonesia terlaris sepanjang masa. “Pabrik Gula”, yang diangkat dari cerita rakyat Indonesia, telah menjadi film horor lokal tersukses di tahun 2025 dengan menarik lebih dari 4,7 juta penonton di bioskop domestik. Film produksi MD Pictures ini menggabungkan elemen horor periode zaman kolonial Belanda dengan nuansa ketakutan kontemporer di sekitar sebuah perkebunan tebu. Sementara itu, film “Perewangan” mengangkat eksplorasi kepercayaan spiritual Jawa tentang entitas gaib yang diyakini dapat memberikan kekayaan materi.
“Shudder telah menjadi wadah yang membanggakan bagi film horor kontemporer Indonesia, dan kami sangat antusias untuk menambah koleksi kami dengan ‘Perewangan’ dan ‘Pabrik Gula’. Keduanya adalah film yang sangat menakutkan sekaligus menghibur dari sutradara hebat Awi Suryadi,” ujar Sam Zimmerman, Wakil Presiden Senior Pemrograman dan Akuisisi di Shudder. Kedua film ini telah menunjukkan kesuksesan di berbagai pasar bahkan sebelum kesepakatan dengan Shudder. “Pabrik Gula” berhasil mencetak standar baru untuk horor Indonesia saat dirilis di Vietnam pada bulan Juli, menyusul peluncuran teatrikalnya di Amerika Utara pada bulan Maret oleh EST N8.
Kesepakatan ini, yang dinegosiasikan oleh tim EST N8, diumumkan menjelang perhelatan Asian Contents and Film Market di Festival Film Internasional Busan. “Menyatukan Timur dan Barat telah menjadi salah satu misi utama kami,” kata Jaeson Ma, CEO EST N8. “Memiliki kedua film ini di Shudder memperkuat reputasi kami sebagai penyedia konten premium dari Asia.”
Ikon Horor Robert Englund Kembali dengan Peran Mengerikan di ‘Poohniverse’
Di belahan dunia lain, sebuah semesta sinematik horor yang unik tengah mempersiapkan gebrakan baru. Robert Englund, ikon yang telah melegenda selama lebih dari 40 tahun berkat perannya sebagai Freddy Krueger, tampaknya tidak akan kembali memerankan karakter ikoniknya tersebut. Namun, ia kembali dengan peran baru yang tak kalah menyeramkan dalam sebuah proyek ambisius yang dikenal sebagai “Twisted Childhood Universe” atau “Poohniverse”. Englund akan mengisi suara karakter “The Cricket” (Si Jangkrik) dalam film “Pinocchio: Unstrung”, sebuah adaptasi horor dari dongeng klasik.
“Poohniverse” adalah waralaba yang mengubah karakter-karakter dongeng anak-anak yang hak ciptanya telah menjadi domain publik menjadi sosok monster dalam film slasher. Dimulai dengan film beranggaran sangat kecil, “Winnie the Pooh: Blood and Honey”, waralaba ini secara mengejutkan menjadi sangat menguntungkan. Kesuksesannya memicu gelombang film serupa, dengan anggaran yang mulai meningkat dan kualitas efek visual yang membaik, seperti yang terlihat pada sekuelnya.
Namun, seiring naiknya anggaran produksi, tantangan baru pun muncul. Film-film selanjutnya dalam waralaba ini menunjukkan performa box office yang tidak konsisten. “Peter Pan’s Neverland Nightmare” berhasil meraup $1,6 juta dari anggaran sekitar $250.000-$350.000, namun “Bambi: The Reckoning” hanya mampu menghasilkan $215.000, jauh dari pendapatan “Winnie the Pooh: Blood and Honey” yang mencapai $7,7 juta pada tahun 2023.
Masa depan waralaba ini bergantung pada kesuksesan film-film berikutnya, termasuk “Pinocchio: Unstrung”, untuk mendanai film crossover akbar yang akan menyatukan semua monster ini. Kehadiran Robert Englund diharapkan dapat menjadi daya tarik besar bagi penonton. Namun, apakah ini cukup untuk menjamin kesuksesan film tersebut dan memastikan visi besar sang kreator, Rhys Frake-Waterfield, dapat terwujud, hanya waktu yang akan menjawabnya.