
Petenis Indonesia, Janice Tjen, berhasil mencetak sejarah di panggung tenis dunia setelah meraih kemenangan fenomenal di babak pertama turnamen Grand Slam US Open. Kemenangan ini tidak hanya menandai pencapaian pribadi yang luar biasa, tetapi juga mengakhiri penantian 22 tahun bagi Indonesia untuk kembali merasakan kemenangan di nomor tunggal putri sebuah turnamen Grand Slam.
Kemenangan Dramatis atas Unggulan ke-24
Dalam pertandingan yang berlangsung pada hari Minggu, Janice Tjen yang menempati peringkat 149 dunia dan lolos dari babak kualifikasi, membuat kejutan besar dengan menaklukkan unggulan ke-24, Veronika Kudermetova. Lewat pertarungan sengit selama 2 jam 11 menit, Tjen keluar sebagai pemenang dengan skor 6-4, 4-6, 6-4.
Kemenangan ini menjadi tonggak sejarah baru bagi tenis Indonesia. Terakhir kali seorang petenis putri Indonesia memenangkan pertandingan di babak utama Grand Slam adalah Angelique Widjaja di Wimbledon pada tahun 2003. Widjaja juga merupakan pemain terakhir dari Indonesia yang tampil di nomor tunggal turnamen besar, yakni di US Open 2004. Kemenangan Tjen kini membuka kembali babak baru bagi Indonesia di kancah tenis elite global.
Perjalanan dari Tenis Kampus ke Panggung Dunia
Jalan Janice Tjen menuju panggung profesional tidaklah instan. Petenis berusia 23 tahun ini mengasah kemampuannya dengan bermain tenis di level perguruan tinggi Amerika Serikat, pertama di Universitas Oregon dan kemudian menyelesaikan kariernya di Universitas Pepperdine. Di sana, ia berhasil meraih posisi runner-up ganda NCAA pada tahun 2024.
Setelah lulus musim semi lalu dengan gelar sosiologi, Tjen sempat bimbang mengenai karier profesionalnya. “Selama di bangku kuliah, saya selalu mempertimbangkan apakah saya harus terjun ke dunia profesional atau tidak. Pada akhirnya, saya memutuskan untuk mencobanya setelah para pelatih di Pepperdine mengatakan, ‘Kamu harus mencobanya, setidaknya selama dua tahun,'” ungkap Tjen. “Saya memercayai mereka, dan di sinilah saya sekarang.”
Kepercayaan itu terbayar lunas. Tahun ini, Tjen mencatatkan rekor impresif 55-10 di sirkuit ITF, termasuk memenangkan 27 pertandingan secara beruntun dari Mei hingga Juli yang memberinya lima gelar juara.
Terinspirasi oleh Raducanu dan Siap Hadapi Tantangan Berikutnya
Di babak kedua, takdir seolah mempertemukan Janice dengan salah satu sumber inspirasinya, Emma Raducanu, juara US Open 2021 yang juga memulai turnamen dari babak kualifikasi. Tjen mengaku bahwa perjalanan Raducanu yang luar biasa memberinya motivasi.
“Ketika Emma memenangkan turnamen dengan perjalanan yang luar biasa di sini, saya sedang di bangku kuliah dan mengalami cedera, jadi saya banyak menonton tenis,” kata Tjen. “Melihatnya berhasil membuat saya terinspirasi untuk bisa melakukan hal yang sama.”
Kini, ia akan berhadapan langsung dengan idolanya tersebut. “Pikiran pertama saya adalah, akan ada banyak penonton saat melawannya. Dia adalah pemain yang sangat terkenal, dan saya sangat antusias menyambut kesempatan ini,” tambahnya.
Kebanggaan untuk Indonesia dan Asia Tenggara
Kemenangan Tjen tidak hanya dirayakan oleh dirinya sendiri, tetapi juga menjadi kebanggaan bagi negaranya. “Ini sangat berarti. Saya merasa bangga bisa melakukan ini untuk negara saya. Semoga dengan penampilan saya di sini, akan lebih banyak anak-anak muda di Indonesia yang terinspirasi untuk bermain tenis dan percaya bahwa mereka juga bisa sampai di sini,” ujarnya.
Momen bersejarah ini juga bertepatan dengan keberhasilan petenis Asia Tenggara lainnya, Alexandra Eala, yang menjadi pemain pertama dari Filipina yang memenangkan pertandingan Grand Slam. Eala, yang mengenal Tjen sejak kecil, turut berbahagia. “Senang sekali melihat seseorang yang tumbuh bersama Anda berada di panggung terbesar di dunia,” katanya, menegaskan momen kebangkitan bagi tenis di kawasan ini.