
Awalnya, Indonesia tidak pernah masuk dalam daftar impian perjalanan saya. Namun, siapa sangka, negara ini justru menjadi tempat terbaik yang pernah saya kunjungi. Saya mendarat di Bali, menyewa Kawasaki KLX150, dan mulai menyusuri hutan lebat, rimba, dan jalur-jalur liar yang tampak menggoda untuk dijelajahi. Meski semangat membuncah, saya segera menyadari bahwa adrenalin dan ketakutan bisa berjalan beriringan. Setelah beberapa kali panik di tengah rimba dan mundur ke tempat aman, saya tahu bahwa saya butuh pendekatan baru.
Saya pun memutuskan untuk mengganti motor dengan yang lebih andal dan menyusun rencana perjalanan lintas pulau dari timur ke barat melalui jalur-jalur pedesaan. Saya menemukan Honda CRF150 keluaran 2017, memodifikasinya menjadi 200cc, dan mengandalkannya selama empat bulan penuh petualangan. Dengan perlengkapan minim—sebuah kotak P3K, jaket anti air, beberapa alat dasar, dan kompas—saya menyimpan semuanya dalam tas tangki sebagai antisipasi jika ponsel mati.
Menggunakan Google Earth, saya mencari jejak-jejak rimba atau pegunungan dan menandainya untuk dijadikan rute kasar. Perjalanan pun dimulai.
Motor baru dan bawaan ringan ternyata sangat cocok untuk medan ekstrem. Selama perjalanan, saya memakai aplikasi Geo Tracker untuk merekam jalur tempuh saya, sebuah langkah yang terbukti penting karena saya kerap harus memutar balik mencari jalan alternatif.
Hari-hari pertama, saya menelusuri jalur yang terlihat dari Google Earth sejauh mungkin. Walau tak jauh dari peradaban karena masih di Bali, bahaya tetap mengintai. Salah satu kejadian yang tak terlupakan adalah ketika saya terpeleset di lereng hutan yang licin dan kaki saya terjepit di bawah motor. Saya terjebak selama berjam-jam, hujan turun deras, hari mulai gelap. Saya ingat tertawa sendiri meski wajah saya basah kuyup, merasa hidup sepenuhnya di momen itu—walau tampak gila, inilah yang saya cari.
Petualangan ini membuat saya sering bertanya-tanya apakah semua ini keputusan yang salah. Namun, setiap tantangan justru mendorong saya untuk terus maju. Semakin jauh saya melangkah, semakin saya belajar untuk melepaskan kendali dan membiarkan perjalanan membawa saya ke mana pun.
“Ketika kamu membayangkan apa yang kamu inginkan dalam hidup, kamu hanya melihat kebetulan. Tapi ketika kamu melepaskan kendali, di situlah keajaiban sejati terjadi.” —Alan Watts
Pemikiran ini pun menjadi filosofi baru saya dalam menjelajah. Ketika saya membebaskan diri dari rasa takut, segala hal berjalan dengan cara yang tidak pernah saya bayangkan. Saya tetap memiliki tujuan akhir setiap harinya, namun bagian terpenting justru terjadi di antara titik awal dan tujuan tersebut.
Saya mulai terbiasa mengikuti naluri secara spontan. Kadang muncul dorongan untuk mengambil arah berbeda, dan setiap kali itu membawa saya ke pengalaman luar biasa. Tempat yang saya temukan, orang-orang yang saya temui, dan hal-hal yang saya lihat—semuanya adalah hasil dari kepercayaan penuh kepada perjalanan. Dengan tidak mengharapkan apa pun, saya mendapatkan segalanya.
Saya menyadari bahwa memiliki mimpi dan tujuan itu penting. Namun, cara untuk mencapainya sebaiknya dibiarkan mengalir dengan sendirinya. Seperti pepatah, “Jika kamu tidak tahu ke mana arahmu, maka jalan mana pun bisa membawamu ke sana.”
Saat tiba di Jawa, saya berhasil menyusuri jaringan jalur alam hingga akhirnya terhalang pos penjagaan militer. Di balik pos itu, saya bisa melihat tanda-tanda petualangan luar biasa. Dengan sedikit keberanian dan bantuan Google Translate, saya berhasil meyakinkan penjaga untuk membiarkan saya lewat. Saya menunjukkan foto-foto perjalanan saya, menjelaskan misi saya, dan mereka tertawa lalu menepuk punggung saya sebagai tanda izin. Itu adalah momen penuh kelegaan—karena jalur yang saya temukan setelahnya adalah yang terbaik yang pernah saya lewati.
Saya melaju tanpa bertemu siapa pun untuk waktu yang lama. Jalurnya bercabang terus-menerus, menyulitkan navigasi, tapi begitu indah karena mengarah masuk dan keluar dari garis pantai. Saya tidak bisa berhenti tertawa sepanjang jalan. Suatu kali, sekelompok monyet berlarian di pohon di samping saya, menambah rasa sureal dari pengalaman ini.